save our world (global warming)


Antara Aku AnganKu dan   Mimpi BurukKu

            Huaaaaa, pagi.. sapaku dalam hati. Hmm hari ini hari minggu, ya aku bisa bangun siang. Walaupun tetap harus bangun pagi, karena kewajibanku sebagai umat muslim. Setidaknya aku bisa tidur lagi setelah sholat shubuh. Tawaku dalam hati. “de..de..” tiba tiba kakakku memanggil. Aaarrrgggghhh ganggu saja pikirku. “Apaa?” teriakku dari kamar. “Mau ikut ga? Gw ada acara kampus nih. Acara buat penanggulangan global warming. Terbuka untuk umum kok. Acara penanaman seribu pohon”. “Ngga ah males” walau terbesit rasa takut yang cukup dalam akan kata yang satu itu PEMANASAN GLOBAL atau lebih kerennya Global Warming. Terkadang memang kufikirkan dampaknya, seperti cuaca ekstrim, perubahan iklim, mencairnya es di kutub utara yang dapat berakibat menenggelamkan beberapa wilayah seperti belanda, venice (Italy), dan lain lain. Bagaikan tersambar geledek di pagi hari aku memikirkannya.
            Ah lebih baik aku bergegas dari kamar, sebelum pikiran ku semakin ngelantur. Tapi kenapa pikiran itu muncul lagi ya. Kalau saja kakakku pulang nanti, aku pasti akan mengomeli dia karena telah membuat hatiku resah. Aku kembali teringat perkataan seorang guru ku “Alam mempunyai siklusnya sendiri untuk memperbaiki keadaanya sendiri jika alam ini kita lestarikan, namun alam tidak dapat menjalankan siklusnya dengan baik karena manusia bukan melestarikan tapi merusaknya”. Ya aku dapat kata kuncinya kenapa alam marah pada kita, dia telah memberikan semua miliknya tapi kita malah merusaknya.
Semua hal yang kita lakukan seperti memakan dengan wadah sterofoam, menggunakan ac, lemari es berfreon, kantong plastic sekali pakai dan lain lain. Menggunakan barang tersebut sepertinya rutin kita gunakan dengan alasan “itu sebuah kebutuhan kan mau gimana lagi?”. Jawaban yang kurang tepat ya kayaknya. Hal ini memang sepertinya hanya hal kecil yang kurang berarti bagi hidup kita. Jika kita memberi 1% hal yang mempercepat global warming, tandanya kita sudah membuka 90% kemungkingan untuk anak cucu kehilangan tempat tinggal, yakni alam kita tercinta. Please, stop do it!!!
Aku ingin hidup lebih baik, aku ingin anak cucuku mendapatkan tempat tinggal yang layak di bumi ini. Namun aku berfikir, dengan keadaan bumi kita yang sekarang apakah mungkin hal itu dapat tercapai. Apa ini hanya bisa menjadi sebuah angan yang tak ada nilainya? Menyesal, mungkin kata itu yang patutnya terpatri dalam hati dan pikiran ku. Andai aku hidup 50 tahun yang lalu, mungkin tidak seperti ini jadinya. Lagi lagi aku hanya bisa berangan. Hah, pegal rasanya hati ini jika memikirkan hal itu. Namun tidak mensyukuri apa yang telah ditakdirkan kepada kita dosa hukumnya. Karena Tuhan tidak menyukai orang yang suka berangan-angan. Lebih baik aku berbuat, jangan hanya angan dan pikiranku saja yang menganalisa dan berjelajah terhadap gejala, dampak, dan sebab pemanasan global.
Haripun telah memutar keadaannya, malam telah datang. Bersiap untuk tidur. Hari ini lelah karena semua pemikiran ku dari tadi pagi. Namun kini hatiku kembali dilanda gelisah akan dampak yang lebih besar dari pemanasan global, yakni hancurnya seluruh isi bumi tanpa sisa. Hal ini tentunya menambah fakta bahwa pemanasan global merupakan mimpi buruk bagi umat manusia. Mulai besok, aku berjanji tidak akan menggunakan ac, lemari es berfreon, tidak merusak tanaman dan tumbuhan, bahkan berusaha untuk menanam pohon, membuang sampah pada tempatnya, membuat lubang biopori, dan hal positif lainnya agar mengembalikan kebugaran bumi kita walau hanya sedikit. Aku kembali berangan andai janji ini diucapkan oleh 200 juta lebih penduduk Indonesia pastinya jangan “no action talk only” tapi harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pasti angan ku agar anak cucu kita nanti dapat hidup dengan layak di bumi setidaknya berganti secerca kenyataan.
Aku bosan berangan apalagi membayangkan dampak yang akan terjadi dari pemanasan global, hal ini bagaikan mimpi burukku yang tak berkesudahan. Karena angan dan kenyataan kadang terdapat jurang pemisah yang kasat mata, namun antara mimpi buruk dengan kenyataan, bagaikan membalikan telapak tangan. Yang seakan akan sangat dekat kekerabatannya.
Rangkullah bumi tercinta ini maka kita akan dipeluk erat oleh bumi kita tercinta. Sayangilah alam seperti kita menyayangi sahabat kita. Hormati dan hargai alam kita seperti kita menghormati orang tua kita. Jangan pernah memikirkan apa yang sudah alam berikan pada kita, tapi tanyakan pada diri sendiri apa yang sudah kita berikan untuk alam? Tapi kalau hanya takut saja tidak akan membuat alam dan bumi kita ini kembali seperti semula dengan keadaan yang prima. Let’s do the best and right thing to our world.
“Save our world”

Comments

Popular posts from this blog

Cloud Computing : Pengertian, Jenis, Contoh, dan Cara Kerja

CONTOH DOKUMEN LEGAL, PROSEDUR PEMBUATAN DOKUMEN LEGAL, TENDER, DAN PROPOSAL SEBUAH PERUSAHAAN

KURSUS AR